Dari seminar parenting skill di Aula KLK Bima (25/12)
Menjadi Orang tua nampaknya gampang-gampang susah. Perlu
terus belajar dan belajar agar bisa menjadi orang tua yang terbaik bagi anak-anak.
Boleh jadi sebelum menikah kita memiliki idealisme untuk menjadi orang tua yang
terbaik. Tapi manakala sudah menikah dan memiliki anak apalagi beberapa anak
dengan berbagai macam karakternya, tantangan sebagai orang tua semakin berat.
![]() |
Adib_Keluarga baru Mela Firraz |
Beberapa tips disampaikan oleh pembicara seminar Parenting
skill dan peluncuran Rumah Keluarga Islam di Aula KLK Bima (25/12). Psikolog
anak, Ishlahudin, S.Psi, sebagai salah seorang pembicara mengatakan bahwa bagi
orang tua agar Jangan takut-takuti anak. Hal itu hanya akan membuat ketaatan
anak sementara. Jangan juga membanding-bandingkan anak yang satu dengan anak
yang lain apalagi anak orang lain. Pasalnya setiap anak memiliki karakter tersendiri.
Karakter yang berbeda dengan yang lain.
Lebih lanjut Islahuddin mengatakan bahwa bagi orang tua juga
perlu mempertahankan idealisme sebagai orang tua yang baik. “Janganlah berharap
anak memahami orang tua tapi orang tualah yang harus memahami anak”, ujarnya. Kelakukan menyimpang seorang anak perlu diterima
kemudian dipahami sehingga bisa memberikan pola asuh sesuai kebutuhan anak. Saat
menghadapi anak sulit (difficult child)
yang menangis, sebaiknya orangtua lebih sabar dan tidak menimpalinya dengan
omelan atau bentakan (verbal abuse)
yang justru membuat anak merasa tidak nyaman. Justru pelukan dan belaian lembut akan
menciptakan rasa nyaman dan menurunkan kemarahan anak. Anak juga menurutnya
akan terus menjari figur yang bisa menjadi panutannya. “Seorang anak akan
mencari significant person. Jika significant person itu tidak didapatkan
kepada orang tuanya maka signifikant
person itu akan di dapatkan pada diri gurunya. Kalau juga tidak sama
gurunya maka akan mencari person lain. Inilah yang berbahaya”, ingatnya.
Masih menurut Islahuddin, dunia anak adalah dunia bermain. Maka
pada usia 0-6 tahun ajak lah anak bermain, usia 7-12 tahun ajarkan
moral/sholat, bisa dipukul bila tdk sholat. “tentunya pukulan yang tidak
menyakitkan anak’’, ingatnya. Saat usia 13 tahun temani anak sebagai teman,
ajak bicara, diskusi masalah apapun yang dihadapi anak.
Orang tua juga perlu bersikap tegas dan konsisten, hindari
terlalu sering ganti pola asuh.
![]() |
Adib Interisti_Dunia anak adalah dunia bermain |
Lebih jauh psikolog yang juga ustadz ini mengatakan bahwa semua
karakter anak itu positif. Semua punya nilai. Masalahnya bagaimana kita mengembangkan
karakter-karakter tersebut ke arah yang positif.
Anak-anak butuh telaga bening seperti dalam diri seorang ibu,
anak-anak juga butuh tokoh pahlawan seperti pada diri ayahnya. *Karakter
pahlawan : keberanian dan kebenaran.
Sedangkan Mujahiddin, S.Pd sebagai pembicara kedua yang
membahas komunikasi positif orang tua dan anak mengatakan bahwa Anak dilahirkan
dgn karakter dan unik. Pada awal penyampaiannya pembicara dari Mataram ini
mengatakan bahwa membangun rumah tangga tak semudah membangun tangga rumah.
Tapi terkadang menghancurkan rumah tangga bisa jadi lebih mudah dari
menghancurkan tangga rumah. Sebabnya karena kurangnya komunikasi.
Menurut ustadz yang juga seorang guru kimia ini tak ada
sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tetapi orang tua tetap perlu belajar
menerapkan pola pengasuhan yang positif pada anak agar dapat membentuk
karakteristik anak dimasa depan.
Bagi seorang anak, dunianya adalah dunia bermain. Peraturan anak
: dilarang melarang. Ibarat mobil banyak rem nya daripada gas nya. Akibatnya anak
akan terlambat atau terhambat perkembangannya. Padahal menjaga perasaan anak
bukan berarti harus melindungi berlebihan.
Ustadz humoris ini juga mengingatkan
agar orang tua tidak menganggu anak saat bermain. Sebab sekali lagi dunia anak
adalah dunia bermain. Sama seperti orang dewasa yg dunianya bekerja apabila
diganggu, maka anakpun tidak suka juga diganggu saat bermain.
Menurut beliau, dalam komunikasi orang tua dan anak, ada 7 hambatan
yang ditemui, yaitu :
1. Komunikasi gaya komandan.
Contohnya : ‘jgn sekali2 kamu membantah
ibu, ibu yg melahirkan kamu, ibu yang mengandung kamu dengan tetesan keringat,
darah dan air mata, dst”
“anak-anak....maghrib, ayo masuk....!
sekarang juga!”,
Ayo matikan TV nya ! sebentar, Bu... Matikan
! Pokoknya matikan !”
2. Gaya penceramah. Boleh asal benar.
“nak, kamu kan memang kurus, jadi terima
saja itu pemberian Tuhan....”
3. Gaya sok tau.
Menganggap anak pasti tidak tau
Contoh. “Cb pikirkan saran bapak...kamu
belum pengalaman, Nak. Bapak ini sudah makan asam garam”
4. Gaya hakim.
Misalnya “Dapat lima kok sedih. Dapat lima
ya wajar...ya sdh terima saja””
Anak mengeluh. Lalu dibalas : memang, jangankan
di sekolah di rumah saja kamu suka buat ulah.
5. Gaya menyindir.
Salah satu penyebab anak tidak mau
mengikuti karen orang tidak menghargai anak. Kepada anak perlu diberikan reward. Pengakuan atas prestasinya.
Contoh gaya menyindir : Anak sedang belajar
nyapu. “Tumben...kena angin apa tuh....?”, atau “kok kepalamu keras banget
ya...”
6. Gaya penghibur.
Contoh : Bu, diraport adek dapat nilai 5. Lalu
ibu menjawab : Oh...ibu dulu dapat 3. Kamu masih lebih baik..., Nak.
7. Gaya pemeriksa.
Contoh : Setelah Mama periksa dan teliti ternyata
pekerjaanmu salah semua. atau
“Kamu mau ke sekolah atau fashion?”
Satu catatan penting dari kegiatan parenting skill ini adalah bahwa menjadi orang tua yang baik harus direncanakan sejak dini. Seyogyanya pengetahuan tentang menjadi orang tua yang baik ditanamkan sejak sebelum menikah.
![]() |
Membangun Rumah Tangga |
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !