Saat mengikuti apel pagi kemarin (3/1/12), ada pengumuman dari
kasubid Kepegawaian kalau pegawai negeri sipil (PNS) akan dilakukan pemotongan
zakat setiap bulannya. Jumlahnya bervariasi, tergantung besarnya gaji, golongan
atau jumlah anggota yang ditanggung. Saat pengumuman itu, karuan saja membuat
bisik-bisik bahkan nada protes berkumandang di belakang (ketahuan dimana
posisiku berdiri)
Tidak sampai disitu, selesai apel pagi itu, diskusi masih
dilanjutkan. Yang jelas hampir semuanya tidak mau dipotong gaji bulanannya
untuk zakat.
Banyak alasan dan komentar dikemukakan. Seperti : wah,
urusan zakat biar urusan pribadi saja. Bayar zakat kita bayar langsung saja di
luar, gak usah pake potong gaji segala. Gimana pertanggungjawabannya?, Kita
bukan tidak setuju, tapi harus peruntukannya jelas. Kita tidak mau kalau uang
zakat dibelikan truk pengangkut, harusnya truk itu disediakan oleh Pemda dan
lain-lain. Masih banyak. Intinya tidak setuju. Ada juga yang merasa tidak adil
atau heran-heran. “Iya kalau semua pegawai gajinya utuh, terus gimana dengan
yang gajinya tersisa 50 ribu, 100 ribu, jadinya minus dong? Pokoknya banyak
nada-nada ketidaksetujuan. Wajar dan wajar........
Namun demikian, ada juga yang pasrah. “kalau itu memang
sudah aturannya, mau gimana lagi... ya sabar saja... ya ikhlasin saja”.
Katanya.
Kenapa harus bayar zakat?
![]() |
Bill Gates_Kaya dan Dermawan |
Tidak peduli apa agama dan kepercayaan seseorang bahkan atheis
sekalipun setiap sedekah yang kita keluarkan akan mendapat balsan yang lebih
besar. Jika ingin lebih tentu dengan niat ikhlas akan mendapat pahala di
akhirat. Tengok saja misalnya Bill Gates, pemilik Microsoft ini kekayaannya tak tertandingi di Amerika. Coba bayangkan kekayaannya, U$ 59 milyar (Rp.
531.000.000.000.000). Sekilas nampak kapitalis, ternyata dia seorang dermawan
terbesar abad ini. Lihat juga Donald Trumph seorang seorang wirausahawan,
pionir program pertelevisian dan pebisnis yang sukses yang pada tahun 2008
memiliki kekayaan sebesar U$ 1,6 milyar atau kalau di rupiahkan sekitar 14.400.000.000.000
(wuaduh... ini berapa ya?) Sekilas dia nampak begitu hedonis, siapa
mengira ternyata ketika bangkrut pada 1990-an, ia malah membagi-bagi hartanya
yang tersisa. Karena ia percaya ‘memberi’ itu berbanding lurus dengan ‘diberi’.
Kembali ke pro kontra pemotongan gaji untuk zakat.
Jadi, jika tidak ingin pro kontra ini berlanjut, anggap saja
pemotongan gaji itu sebagai sedekah kita. Seperti ditulis oleh Dr. Yusuf
Qardhawi disini, bahwa hukum kewajiban zakat ini sudah sangat jelas. Atau juga
tulisan ini, secara jelas menguraikan ayat-ayat tentang zakat ini. Sekali lagi, seberapapun yang kita sedekahkan pasti akan dibalas
dan dilipatgandakan oleh-Nya. Tidak jadi soal apakah kita ikhlas atau tidak.
Apakah kita beriman atau tidak. Lihat saja contoh-contoh disekitar kita bahkan
dua tokoh diatas. Semakin dermawan mereka, semakin kaya mereka. Bahkan bagi
mereka sepertinya tidak ada kata ikhlas, sebab bisa jadi tujuan mereka memberi
(bersedekah) adalah cuman untuk mengangkat popularitas/mengangkat merek atau
mengurangi beban pajak. Tentu saja kalau kita ikhlas akan peroleh nilai tambah,
bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
“Mau sedekah lewat pemerintah? Ntar malah tidak jeals
peruntukannya!”. Waduh..... padahal harus kita percayai, siapa yang menanam
keburukan akan menuai keburukan. Pun demikian, mereka yang menanam kebaikan
akan menuai kebaikan. Tidak perlu pusing mau di bawa kemana sedekah (zakatnya)
kita. Tetaplah berusaha sedekah tepat sasaran (minimal niat kita). Meski demikian,
jika sedekah kita tidak tepat sasaran, balasan dari-Nya untuk kita pasti tepat
sasaran. TIDAK MUNKIN MELESET.
Tentang ikhlas
Coba ingat. Ketika kita pertama belajar sholat dulu, apakah
kita ikhlas? Bisa ya bisa tidak. Kemungkinan besar kita melakukannya agar
mendapat ganjaran dari orang tua kita kan? Atau sebaliknya supaya terhindar
dari hukuman. Terus sekarang apakah kita sholat karena berharap ganjaran dari
orang tua atau karena takut hukuman? Tentu tidak kan? (Semoga sekarang kita
sholat sudah ikhlas beneran). Jadi, karena sering sholat akhirnya kita ikhlas
dengan sendirinya. Inilah yang disebut ikhlas
by doing. Artinya gak nunggu ikhlas dulu baru sholat. Demikian juga dengan
zakat/sedekah ini. Gak nunggu ikhlas dulu baru bayar zakat. Gak nunggu kaya
dulu baru zakat/sedekah. (karena ada aturannya. Lagian kalo gak dipaksa, kita
sering lupa bayar zakat kita, (padahal itu sudah kewajiban). Kalau sudah
terbiasa dengan sedekah/zakat, maka kita akhirnya akan terbiasa, akan ikhlas
juga.
Manfaat sedekah
Yang Maha Kuasa berjanji : “Perumpamaan orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah (sedekah) adalah serupa dengan sebutir biji
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berisi seratus biji.
Dan Allah melipatgandakan (balasan) bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. 2
:261)
Sedangkan nabi berpesan : Belilah semua kesulitanmu dengan
sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Bersegeralah bersedekah, sebab
bala tidak pernah mendahului sedekah”.
Itu balasan dari sedekah yang menurut kita hanya sebuah
anjuran. Tentu balasan untuk zakat sebagai kewajiban kita akan lebih besar lagi
balasannya. Lihatlah beberapa cerita disekitar kita. Banyak sekali kejadian (tepatnya
keajaiban) yang menunjukkan efek dari bersedekah ini. Sehingga sangat benar
janji Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang saleh sebelum kita. Tentang 1 di
balas 10 kali lipat bahkan hingga 700 kali lipat.
Akhirnya...
Awalnya, pemotongan zakat pada gaji bulanan ini terasa
sangat memberatkan. Mungkin hampir sama dengan puasa di hari-hari pertama. Tapi
setelah terbiasa tentu akan dijalani dengan biasa. Tentu keikhlasan akan hadir.
Ingat, ikhlas by doing. Ikhlas karena terbiasa. Inilah kesempatan buat kita
untuk membersihkan harta kekayaan kita. Semoga setelahnya harta kita akan
selalu di berkahi oleh Yang Maha Kuasa.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !