Kisruh yaqng terjadi pada sepakbola nasional hingga kini
belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir. Setelah era Nurdin Halid dan setelah
beberapa kali gagal menggelar Kongres Luar Biasa (KLB), akhirnya PSSI mampu
menyelenggarakan KLB dan menghasilkan pengurus dan exco baru. Harapan publik
pun bermunculan, paling tidak kekisruhan yang menyita begitu banyak perhatian
masyarakat terhenti. Di Pundak Djohar Arifin Husain dan jajarannya lah semua
kemelut itu di bebankan. Ya, tugas berat memang menanti pengurus PSSI hasil KLB
tersebut.
Belum berapa lama terpilih sebagai pengurus baru PSSI,
agenda Timnas di Pra Piala Dunia (PPD) langsung menjadi perhatian pengurus
baru. Saat itu publik langsung terhenyak ketika Pelatih yang dinilai sukses
Alfred Riedl di pecat dan di ganti. Meski Timnas PPD tak meraih poin sebijipun,
publik tetap bisa menerima keadaan Timnas. Hal ini mengingat kekuatan
lawan-lawan Timnas yang memang diatas Timnas.
Keadaan berlanjut pada rencana kompetisi yang akan bergulir.
Pengurus baru sudah sangat dimaklumi oleh publik kalau sebagian besarnya adalah
para pengagas Liga Primer Indonesia (LPI) yang sebelumnya dibubarkan. Bagi publik,
tidak masalah jika nama liga yang akan bergulir adalah LPI (Primer jadi Prima).
Masalah kemudian muncul adalah ketika klub-klub terhukum pada tahun lalu
terdaftar sebagai klub yang akan ikut kompetisi LPI tahun ini. Ini artinya akan
ada penambahan jumlah peserta kompetisi yang semula 18 menjadi 24. Inilah yang
menyebabkan klub-klub yang berlaga di Liga Super Indonesia (LSI) tahun lalu
tidak setuju dengan kebijakan pengurus baru. Singkat cerita mereka menggelar
kompetisi sendiri. Apapaun alasannya, menggelar kompetisi diluar induk
organisasi resmi tetaplah tidak sah. Ilegal. Tapi tidak memperhatikan kenapa
hal itu sampai terjadi juga bukan hal yang bijaksana. Apalagi masyarakat sudah
mempercayakan kepada pengurus baru untuk menyatukan semua komponen bola
nasional agar bukan hanya keributan yang muncul tapi prestasi. Kenapa itu tidak
mampu dilakukan?
Kisrus tidak berhenti sampai disitu. Klub-klub pembangkang
dihukum (rata-rata degradasi), juara ISL tahun lalu tidak ikut liga champions
asia, Anggota exco yang tidak sejalan PSSI diancam pemecatan. Pengurus berpatokan
pada statuta dan petunjuk AFF, AFC maupun FIFA. Sebaliknya, para penentang
kebijakan pengurus baru menggelar rapat bersama yang menurut mereka dilakukan
karena para pengurus melanggar statuta, hasil Kongres Bali dan sebagainya. Para
penentang ini bahkan mengagendakan KLB. Masing-masing katanya sesuai statuta.
Ribut terus........
FIFA pun akhirnya mengancam. Lalu kapan sepakbola kita akan
maju kalau semua orang-orang yang katanya mengerti dan peduli bola ini hanya
mengedepankan egonya, kepentingannya sendiri atau kepentingan kelompoknya
sendiri?
Saat ini sebenarnya semua berangkulan, duduk bersama membicarakan
sepakbola kita. Hilangkan ego, dendam dan kepentingan kelompok apalagi pribadi.
Pikirkan yang terbaik buat sepakbola nasional. Bravo PSSI, Bravo Sepakbola
nasional.
selama masih ada AP dan NB yang obok2 sepakbola kita, jgn harap konflik ini akan selesai
BalasHapusTapi harus selesai dunk.... pikirkan kepentingan Bola nasional. jgn hanya kepentingan pribadi...
BalasHapus